UNSOED
Jl. Dr. Soeparno kampus Karangwangkal Purwokerto 53122
Telp. 0281-642840; Email: farmasi.unsoed.gmail.com
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI 1 :
KESANGGUPAN KARDIVASKULER DAN TEKANAN DARAH
MATA KULIAH :
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
Nama asisten :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Kesanggupan kardiovaskuler dan tekanan darah
B. Waktu, Tanggal Praktikum
Waktu : 15.00 – 16.50 WIB
Hari, Tanggal : Sabtu, 24 November 2012
C. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara-cara pengukuran tekanan darah arteri secara langsung
pada manusia serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya;
2. Mengukur tekanan darah A.brachialis dengan cara auskultasi;
3. Menyebutkan nilai tekanan darah A.brachialis menurut metode lama dan
metode baru American Heart Association (AHA);
4. Membandingkan tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring,
duduk, dan berdiri;
5. Menjelaskan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah pada sikap
berbaring, duduk, dan berdiri;
6. Membandingkan tekanan darah A.brachialis pada berbagai kerja;
7. Mengetahui pengaruh pernafasan dan aliran balik vena terhadap tekanan
darah;
8. Mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang.
D. Dasar Teori
A. Tekanan arteri pada manusia
1. Pengertian
Tekanan darah arteri seperti yang
kita ketahui tekanan dalam tubuh
manusia terbagi menjadi tekanan
darah vena dan tekanan darah
arteri. Tekanan darah arteri
adalah tekanan yang terjadi pada
pembuluh darah arteri dan
merupakan proses utama dalam
mengedarkan darah ke seluruh
jaringan tubuh. Tekanan darah dalam tubuh manusia biasanya diukur
berdasarkan dua ukuran. Itulah kenapa ketika mengukur tekanan darah kita
akan mendapati dua angka seperti 90/80. Angka tersebut sebenarnya
menunjukan 2 tekanan darah yang terjadi dalam pembuluh darah manusia.
Angaka pertama dalm ukuran tekanan darah merupakan tekanan darah atas
atau tekanan sistolik (Redaksi, 2012).
Tekanan sistolik adalah tekanan darah arteri yang diakibatkan oleh
aktivitas jantung ketika melakukan pemompaan darah. Sedangkan angka
kedua pada ukuran tekanan darah menunjukan tekanan bawah atau tekanan
distolik. Tekanan ini menunjukan tekanan pada jantung ketika jantung
beristirahat diantara proses pemompaan darah (Redaksi, 2012).
2. Kelainan tekanan darah
Kelainan pada tekanan darah arteri dibagi ke dalam dua jenis yaitu tekanan
darah tinggi dan tekanan darah rendah. Kedua tekanan darah ini terjadi ketika
ketika tekanan darah arteri melebihi atau kurang dari tekanan darah yang
normal pada manusia yaitu 90/60 sampai 120/80 mmHg. Tekanan darah rendah biasanya kurang dari 90/60 mmHg. Walaupaun sering diabaikan tapi
tekana darah rendah juga bisa mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ
vital dalam tubuh. Hal ini disebabkan tekanan darah arteri dan vena terlalu
lemah untuk menyebarkan oksigen atau nutrisi ke seluruh jaringan organ
tubuh. Sehingga organ tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan untuk berfungsi secara normal (Redaksi, 2012).
3. Faktor - Faktor Tekanan Darah
1. Faktor Jenis Kelamin
Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis
kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan
dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki
massa ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang
mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal
ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan
complince aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian
mekanisme vasodilatasi (Anggita, 2012).
Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan
mungkin dapat menjelaskan mengapa pada wanita premenopause
memiliki resiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular. Tetapi,
setelah menopause perbedaan jenis kelamin tidak akan berpengaruh pada
kemungkinan terderitanya penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin
disebabkan karena berkurangnya jumlah estrogen pada wanita yang sudah
menopause (Anggita, 2012).
2. Faktor Gravitasi
Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di bawah
jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah akan
menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan
darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam
keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama (Anggita, 2012). Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau
posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan
darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan
darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau
dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard
dan volume darah yang kembali ke jantung (Anggita, 2012).
a. Berbaring
Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit
dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat
orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang
membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui
pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka
tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini
berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi
kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit
(Anggita, 2012).
Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa
harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada
posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai
tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume
maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan
kegiatan yang intensif. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi
sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya
sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat
hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja
dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki
mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja
(melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup; hal
ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi
denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole
merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Ganong, 2002).
b. Berdiri
Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang
kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin
menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika
seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri
(Ganong, 2002).
Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada
pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi
sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu
yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan
menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah.
Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga
tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup
(Ganong, 2002).
Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan
demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam
vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi
sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan
tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian
tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung
begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung
harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi
otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke
jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup.
Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika
pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang
kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga
pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka
tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan
kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah
yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah
yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002).
c. Duduk
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini
dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang
dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka
menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen.
Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang
menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan
darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat
jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi
meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen
(Guyton dan Hall, 2002).
Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang
cepat misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi
pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat
jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak (Guyton dan
Hall, 1997).
Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring,
yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena
efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak
(Guyton dan Hall, 1997).
4. Hubungan tekanan darah dengan curah jantung
Nilai tekanan darah ditentukan oleh perkalian curah jantung dengan
tahanan perifer total. Perubahan pada salah satu dari kedua factor tersebut
cenderung mengubah tekanan darahnya, jika terjadi kegagalan kedua factor tersebut, maka akan mengakibatkan penurunan tekanan darah (Kusmiyati,
2009).
Di bawah ini adalah hubungan dalam diagram alur :
B. Kesanggupan kardiovaskuler
1. Kebugaran kardiovaskuler
Dalam bahasa sehari-hari sering disebut dengan kebugaran kardiovaskuler.
Istilah kebugaran kardiovaskuler sama pengertiannya dengan beberapa istilah
lain seperti daya tahan jantung, kebugaran aerobik, dan daya tahan
kardiorespirasi. Kata kardio berarti pembuluh darah dan pembuluh jantung.
Sehingga istilah kardiovaskuler lebih tepat daripada kardiorespirasi (Fox, dkk,
1987: 8). Karena respirasi lebih mengacu kepada paru-paru dan pergantian oksigen dan karbondioksida yang terjadi diantara paru-paru, darah dan otot.
Menurut Rusli Lutan (2002: 40), kebugaran kardiovaskuler adalah ukuran
kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke bagian
tubuh lainnya dan kemampuan untuk menyesuaikan serta memulihkan dari
aktivitas jasmani. Daya tahan kardiovaskuler menurut Depdikbud (1997: 5)
adalah kesanggupan sistem jantung, paru, dan pembuluh darah untuk
berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil
oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan
pada proses metabolisme tubuh. Menurut Djoko Pekik (2004: 27), daya tahan
paru-jantung adalah kemampuan fungsional paru-jantung mensuplai oksigen
untuk kerja otot dalam waktu lama. Sedangkan menurut Mochamad Sajoto
(1988: 44), kebugaran kardiovaskuler adalah keadaan di mana jantung
seseorang mampu bekeja dengan mengatasi berat beban selama suatu kerja
tertentu (Dwi Artya, 2011).
Kebugaran kardiovaskuler sangat penting untuk menunjang kerja otot
dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya keseluruh jaringan otot yang
sedang aktif, sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme. Oleh
karena itu kebugaran kardiovaskuler dianggap sebagai komponen kebugaran
jasmani yang paling pokok. Tujuan untuk meningkatkan kebugaran
kardiovaskuler setiap individu berbeda-beda tergantung kebutuhan dan kondisi
seseorang. Semakin berat tugas atau kerja fisik seseorang, semakin tinggi pula
tingkat kebugaran kardiovaskuler yang harus dimiliki oleh orang tersebut
(Dwi Artya, 2011).
2. Tes Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi
atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam
penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin
cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Tes Harvard adalah cara yang akurat untuk menilai kebugaran untuk
menyelesaikan tes aerobik yang maksimal dan mengukur denyut jantung serta
konsumsi oksigen yang menggunakan alat bantu pernapasan dan oksigen / karbon dioksida. Tentu saja pendekatan ilmiah ini berada di luar jangkauan
bagi banyak orang dan tidak praktis. (Anonim, 2008).
Pelaksanaan :
Mula mula probandus berdiri didepan Bench / bangku dengan salah satu kaki
berada di atas bangku. Saat ada aba-aba “Ya”/ Peluit, probandus melakukan
gerakan naik turun bangku ( Lihat Gambar 1). Lakukan gerakan tersebut
selama 3-5 menit (menyesuaikan kebutuhan) dengan kecepatan 30 step / menit
(gunakan metronome untuk mengukur kecepatan langkah) Pencatatan
dilakukan dalam tiga periode: 30 menit setelah istirahat pertama, 30 menit
setelah istirahat kedua, 30 menit setelah istirahat ketiga.
Kelebihan dan kekurangan tes Harvard:
Kelebihan dari Tes Harvard :
1. Peralatannya sederhana;
2. Mudah untuk dilakukan;